BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Tuberkulosis
atau TB (singkatan yang sekarang
ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakitinfeksi yang disebabkan oleh bakteriMycobacterium
tuberculosis.
Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus
menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke
orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang
manusia.Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks Mycobacterium
tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa
terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada
lebih dari setengah kasus.
Pada
tahun 1992 WHO telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global
Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus
baru tuberkulosis pada tahun 2002, sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi
kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus ini terjadi
di Asia
Tenggara yaitu 33%
dari seluruh kasus di dunia.
Indonesia berada dalam peringkat ketiga
terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB.Setiap tahun muncul 500 ribu kasus
baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal. Seratus tahun yang lalu, satu
dari lima kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh tuberkulosis.
Tuberkulosis
masih merupakan penyakit
infeksi saluran napas
yang tersering di Indonesia. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan
ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan mempunyai dampak yang besar karena
pasien Tuberkulosis akan menularkan penyakitnya pada lingkungan,sehingga jumlah
penderita semakin bertambah.
Pengobatan
Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan pengobatan dan
selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau berhenti,
karena pengobatan yang cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau
menjalankan pengobatan secara tidak teratur, kedua hal ini ini fatal akibatnya
yaitu pengobatan tidak berhasil dan kuman menjadi kebal disebut MDR ( multi
drugs resistance ), kasus ini memerlukan biaya berlipat dan lebih sulit dalam
pengobatannya sehingga diharapkan pasien disiplin dalam berobat setiap waktu
demi pengentasan tuberkulosis di Indonesia
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan
percobaan ini adalah untuk melihat dan mengetahui morfologi mycobacterium
tuberculosis pada sampel sputum
1.3
Manfaat Percobaan
Adapun
manfaat dari percobaan kali ini adalah kita dapat mengamati morfologi
Mycobacterium tuberculosis pada sampel sputum (dahak), sehingga dapat
mengetahui bentuk Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyebabkan penyakit
TBC.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah
Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit yang
diderita manusia sama tuanya dengan sejarah manusia. Penemuan lesi pada
tulang-tulang belakang mummi yang sesuai dengan TB ditemukan di Heidelberg,
diduga berasal dari tahun 5000 SM. Demikian juga halnya di Italia diduga
berasal dari tahun 4000 SM. Keadaan ini juga dijumpai di Denmark dan lembah
Jordan. Di Mesir juga ditemukan lukisan-lukisan pada dinding berupa bentuk
kelainan tulang belakang yang sesuai dengan penemuan TB spinal pada mummi.Di
Indonesia catatan paling tua dari penyakit ini adalah seperti didapatkan pada
salah satu relief di candi Borobudur yang tampaknya menggambarkan kasus
tuberkulosis.
Hipokrates juga mendeskripsikan
tentang penyakit ini dan menyebutnya “Pthisis”.Akhirnya pada tahun 1882 Robert
Koch menemukan basil tuberkulosis sebagai penyebabnya dan hasil penemuannya
dipresentasikan pada tanggal 24 Maret 1882 di Berlin.Hal ini di peringati
sebagai hari TB sedunia (TB Day).
2.2
Epidemiologi
Setiap tahunnya sekitar 4 juta
penderita baru tuberkulosis paru menular di dunia, ditambah lagi dengan
penderita yang tidak menular. Artinya setiap tahun di dunia ini akan ada
sekitar 8 juta penderita tuberkulosis paru, dan akan ada sekitar 3 juta orang
meninggal oleh karena penyakit ini. Ditahun 1990 tercatat ada lebih dari 45
juta kematian di dunia karena berbagai sebab, dimana 3 juta diantaranya (7%)
terjadi karena kasus tuberkulosis. Selain itu 25% dari seluruh kematian yang
sebenarnya dapat dicegah terjadi akibat tuberkulosis.Tahun 1990 dikawasan Asia
Tenggara telah muncul 3.1 juta penderita baru tuberkulosis dan terjadi lebih
dari satu juta kematian akibat penyakit ini. Pada tahun 2005 di Asia Tenggara
ada lebih dari 8,8 juta penderita baru tuberkulosis dan lebih dari 1,6 juta
kematian.
2.3 Etiologi
Tuberkulosis adalah penyakit menular
langsung yang disebabkan oleh infeksi kuman (basil) Mikobakterium
tuberkulosis.Sebagian besar basil tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat
juga menyerang organ tubuh lain.Organisme ini termasuk ordo Actinomycetalis,
familia Mycobacteriaceae dan genus Mycobacterium.Genus
Mycobacterium memiliki beberapa spesies diantaranya Mycobacterium
tuberculosis yang menyebabkan infeksi pada manusia. Basil tuberkulosis
berbentuk batang ramping lurus, tapi kadang-kadang agak melengkung, dengan
ukuran panjang 2μm-4μm dan lebar 0,2μm–0,5μm. Organisme ini tidak bergerak,
tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul, bila diwarnai akan terlihat
berbentuk manik-manik atau granuler. Kuman ini bersifat obligat aerob dan
pertumbuhannya lambat. Dibutuhkan waktu 18 jam untuk mengganda dan pertumbuhan
pada media kultur biasa dapat dilihat dalam waktu 6-8 minggu.
Suhu optimal untuk untuk tumbuh pada
370 C dan pH 6,4 – 7,0. Jika dipanaskan pada suhu 600 C
akan mati dalam waktu 15-20 menit. Kuman ini sangat rentan terhadap sinar
matahari dan radiasi sinar ultraviolet.Disamping itu organisme ini agak
resisten terhadap bahan-bahan kimia dan tahan terhadap pengeringan, sehingga
memungkinkan untuk tetap hidup dalam periode yang panjang didalam
ruangan-ruangan, selimut dan kain yang ada di kamar tidur, sputum.Dinding
selnya 60% terdiri dari kompleks lemak seperti mycolic acid yang menyebabkan
kuman bersifat tahan asam, cord factor merupakan mikosida yang
berhubungan dengan virulansi. Kuman yang virulen mempunyai bentuk khas yang
disebut serpentine cord, Wax D yang berperan dalam immunogenitas dan phospatides
yang berperan dalam proses nekrosis kaseosa. Basil tuberkulosis sulit untuk
diwarnai tapi sekali diwarnai ia akan mengikat zat warna dengan kuat yang tidak
dapat dilepaskan dengan larutan asam alcohol seperti perwarnaan Ziehl Nielsen.
Organisme seperti ini di sebut tahan asam.Basil tuberkulosis juga dapat
diwarnai dengan pewarnaan fluoresens seperti pewarnaan auramin rhodamin.
2.4 Penularan Dan Penyebaran
Tuberkulosis ditularkan melalui udara
oleh partikel kecil yang berisi kuman tuberkulosis yang disebut “droplet
nukleus”.Droplet nukleus yang berukuran 1-5 μm dapat sampai ke alveoli. Droplet
nukleus kecil yang berisi basil tunggal lebih berbahaya daripada sejumlah besar
basil didalam partikel yang besar, sebab partikel besar akan cenderung menumpuk
dijalan napas daripada sampai ke alveoli sehingga akan dikeluarkan dari paru
oleh sistem mukosilier.7 Batuk merupakan mekanisme yang paling efektif untuk
menghasilkan droplet nukleus. Satu kali batuk yang cepat dan kuat akan
menghasilkan partikel infeksius sama banyaknya dengan berbicara keras selama
lima menit. Penyebaran melalui udara juga dapat disebabkan oleh manuver
ekspirasi yang kuat seperti bersin, berteriak, bernyanyi.2 Satu kali bersin
dapat menghasilkan 20.000 – 40.000 droplet, tapi kebanyakan merupakan partikel
yang besar sehingga tidak infeksius. Pasien yang batuk lebih dari 48 kali/malam
akan menginfeksi 48% dari orang yang kontak dengan pasien. Sementara pasien
yang batuk kurang dari 12 kali/malam menginfeksi 28% dari kontaknya.27 Basil
tuberkulosis dapat juga memasuki tubuh melalui traktus gastrointestinal ketika
minum susu yang mengandung Mikobakterium tuberkulosis. Jalan masuk lain kedalam
tubuh manusia adalah melalui luka pada kulit atau membran mukosa, tetapi
penyebaran dengan cara ini sangat jarang. Jika fokus tuberkulosis telah
terbentuk pada satu bagian tubuh maka penyakit dapat menyebar ke bagian tubuh
yang lain melalui pembuluh darah, saluran limfatik, kontak langsung, saluran
cerna (sering dari intestinum kembali ke darah melalui duktus torasikus) dan
terakhir yang paling sering melalui jalan napas.
Risiko tertular tergantung dari
tingkat pajanan dengan percikan dahak.Pasien TB paru dengan BTA positif
memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan
BTA negatif. Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual
Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko
terinfeksi TB selama satu tahun.4,8 ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang
diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. ARTI di Indonesia bervariasi
antara 1-3%.
2.5 Patogenesis
Tuberkulosis adalah penyakit yang
dikendalikan oleh cell mediated immune response. Sel efektornya adalah
makrofag, sedang limfosit (biasanya sel T) merupakan immunoresponse cell.
Inhalasi partikel besar yang berisi lebih dari tiga basil tuberkulosis tidak
akan sampai ke alveoli, partikel akan melekat di dinding bronkus dan akan
dikeluarkan oleh sistem mukosiliari, tetapi inhalasi partikel kecil yang berisi
1-3 basil dapat sampai ke alveoli.
Basil tuberkulosis yang menginfeksi
paru dalam 6 – 8 minggu akan menimbulkan gejala karena telah mengaktifasi
limfosit T helper CD 4 (cluster diffrentiated) agar memproduksi
interferon gamma guna aktifasi makrofag sehingga meningkatkan kemampuan
fagositosisnya. Disamping itu juga diproduksi TNF (tumor necrotizing factor)
oleh limfosit T dan makrofag dimana TNF berperan dalam aktifasi makrofag dan
inflamasi lokal.
Basil tuberkulosis yang masuk ke
alveoli akan diikuti oleh vasodilatasi dan masuknya leukosit polimorponuklear
dan makrofag yang berfungsi untuk memakan dan membunuh basil tersebut. Setelah
beberapa hari maka leukosit berkurang dan makrofag jadi dominan. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut yang
disebut dengan focus primer atau Ghon focus yang merupakan
infeksi primer. Infeksi primer ini dapat sembuh dengan atau tanpa bekas atau
dapat berlanjut terus dan bakteri terus di fagosit atau berkembang biak didalam
sel. Basil dapat menyebar melalui kelenjar getah bening menuju kelenjar getah
bening regional. Gabungan terserangnya kelenjar getah bening dengan fokus
primer disebut kompleks ghon. Infeksi primer kadang-kadang berlanjut terus dan
perubahan patologisnya bersamaan seperti TB post primer.
TB post primer umumnya terlihat pada
paru bagian atas terutama pada segmen posterior lobus atas atau pada bagian
apeks lobus bawah. Terjadinya TB post primer dapat terjadi melalui salah satu
dari 3 mekanisme ini yaitu:
1. Perkembangan langsung dari TB primer
2. Reaktivasi dari TB primer (endogenous)
3. Reinfeksi dari luar (exogenous
reinfection).
4.
Proliferasi
dari basil tuberkulosis didalam nekrosis sentral diikuti dengan perlunakan dan
pencairan zat-zat kaseosa yang dapat pecah ke bronkus dan membentuk kavitas.
Perdarahan dapat terjadi jika proses kaseosa berlanjut ke pembuluh darah pada
dinding kavitas. Penyebaran kaseosa dan bahan-bahan cair kedalam percabangan
bronkus akan menyebarkan infeksi ke daerah paru yang lainnya. Rupturnya fokus
kaseosa kedalam pembuluh darah akan mengakibatkan terjadinya TB milier.
Pemberian vaksinasi BCG yang merupakan
imunisasi aktif dimana vaksin yang digunakan merupakan kuman yang dilemahkan
sehingga tidak dapat menyebabkan penyakit, melainkan masih dapat mengakibatkan
imunitas. Individu yang telah diberikan vaksin BCG secara lengkap maka didalam
badannya telah terbentuk suatu kekebalan yang dapat melawan infeksi
tuberkulosis sehingga walaupun tidak dapat menjamin individu tersebut dari
penyakit ini tetapi jika ia terserang tuberkulosis umumnya penyakit tidaklah
berat. Infeksi tuberkulosis berkaitan erat dengan imunitas seseorang.Meskipun
penyakit tuberkulosis merupakan penyakit infeksi tetapi ternyata diperlukan
juga suatu hereditas tubuh untuk dapat menderitanya.
2.6 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis TB Paru
perlu dilakukan beberapa pemeriksaan seperti: pemeriksaan klinis, pemeriksaan
radiologik dan pemeriksaan laboratorium (mikrobiologik).
2.6.1 Pemeriksaan klinis
TB disebut juga
The great immitator oleh karena gejalanya banyak mirip dengan penyakit
lain. Pada pemeriksaan klinis dibagi atas pemeriksaan gejala klinis dan
pemeriksaan jasmani.
1. Gejala klinis
Gejala klinis TB Paru dibagi menjadi 2 (dua)
golongan yaitu:
a. Gejala respiratorik
Batuk ; merupakan gejala yang paling dini dan paling sering dikeluhkan.
Batuk timbul oleh karena bronkus sudah terlibat.Batuk-batuk yang berlangsung ≥
3 minggu harus dipikirkan adanya tuberkulosis paru.
Batuk darah ; darah yang dikeluarkan dapat berupa garis-garis, bercak-bercak
atau bahkan dalam jumlah banyak. Batuk darah dapat juga terjadi pada
bronkiektasis dan tumor paru.
Sesak napas ; dijumpai jika proses penyakit sudah lanjut dan terdapat
kerusakan paru yang cukup luas.
Nyeri dada ; timbul apabila sistem persarafan yang terdapat di pleura sudah
terlibat.
b. Gejala sistemik
Demam ; merupakan gejala yang paling sering
dijumpai, biasanya timbul pada sore dan malam hari.
Gejala sistemik lain seperti keringat malam,
anoreksia, malaise, berat badan menurun serta nafsu makan menurun.
2. Pemeriksaan Jasmani
Pemeriksaan
jasmani sangat tergantung pada luas lesi dan kelainan struktural paru yang
terinfeksi.Pada permulaan penyakit sulit didapatkan kelainan pada pemeriksaan
jasmani. Suara atau bising napas abnormal dapat berupa suara bronkial, amforik,
ronki basah, suara napas melemah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan
mediastinum.38 Sedangkan limfadenitis yang disebabkan oleh M.tuberculosis dapat
menyebabkan pembesaran kelenjar limfe dalam beberapa minggu atau bulan dan
selalu disertai nyeri tekan pada nodul yang bersangkutan. Lesi umumnya terletak
di sekitar perjalanan vena jugularis, belakang leher ataupun di daerah supra
clavicula.
2.6.2
Pemeriksaan radiologik
Pemeriksaan
rutin adalah foto toraks PA. Pemeriksaan atas indikasi seperti foto
apikolordotik, oblik, CT Scan. Tuberkulosis memberikan gambaran bermacam-macam
pada foto toraks. Gambaran radiologik yang ditemukan dapat berupa:
a. Bayangan lesi di lapangan atas
paru atau segmen apikal lobus bawah
b. Bayangan berawan atau berbercak
c. Adanya kavitas tunggal atau
ganda
d. Bayangan bercak milier
e. Bayangan efusi pleura, umumnya
unilateral
f. Destroyed lobe sampai destroyed lung
g. Kalsifikasi
h. Schwarte.
Berdasarkan luasnya proses yang
tampak pada foto toraks dapat dibagi sebagai berikut:
a. Lesi minimal
(minimal lesion)
Bila proses tuberkulosis paru
mengenai sebagian kecil dari satu atau dua paru dengan luas tidak lebih dengan
volume paru yang terletak diatas chondrosternal junction dari iga kedua
dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis IV atau korpus vertebra torakalis
V dan tidak dijumpai kavitas.
b. Lesi sedang (moderately
advanced lesion)
Bila
proses penyakit lebih luas dari lesi minimal dan dapat menyebar dengan densitas
sedang, tetapi luas proses tidak boleh lebih luas dari satu paru, atau jumlah
dari seluruh proses yang ada paling banyak seluas satu paru atau bila proses
tuberkulosis tadi mempunyai densitas lebih padat, lebih tebal maka proses
tersebut tidak boleh lebih dari sepertiga pada satu paru dan proses ini dapat /
tidak disertai kavitas. Bila disertai kavitas maka luas (diameter) semua
kavitas tidak boleh lebih dari 4 cm.
c. Lesi luas (far
advanced):
Kelainan
lebih luas dari lesi sedang.
2.7
Cara Penularan
Penularan penyakit TB dapat terjadi
secara:
1)
Penularan
langsung
Penularan
yang terjadi dengan cara penularan langsung dari orang ke orang yaitu dalam
bentuk droplet nuclei pada orang yang berada pada jarak yang sangat berdekatan.
2)
Penularan
melalui udara
Penularan
ini terjadi tanpa kontak dengan penderita dan dapat terjadi dalam bentuk
droplet nuclei yang keluar dari mulut atau hidung, maupun dalam bentuk dust
(debu).Penularan melalui udara memegang peranan yang cukup penting dalam penularan
penyakit TB.
Droplet
nuclei merupakan partikel yang sangat kecil sebagai sisadroplet yang
mengering.Sedangkan Dust adalah bentuk partikel dengan berbagai ukuran sebagai
hasil dari resuspensi partikel yang terletak di lantai, di tempat tidur serta
yang tertiup angin bersama debu lantai/ tanah.
3)
Penularan melalui makanan/minuman
Penularan
TB dalam hal ini dapat melalui susu (milk borne disease) karena susu merupakan
media yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan mikro organisme
penyebab, juga karena susu sering diminum dalam keadaan segar tanpa dimasak
atau dipasteurisasi, sedangkan pada susu yang mengalami kontaminasi oleh
bakteri tidak memperlihatkan tanda-tanda tertentu.
2.8 Sumber Penularan
Sumber penularan adalah penderita TBC BTA (+) Pada
waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
droplet (percikan dahak).Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara
pada suhu kamar selama beberapa jam.Orang dapat terinfeksi kalaudroplet
tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan.Setelah kuman TBC masuk ke dalam
tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TBC tersebut dapat menyebar dari paru
ke bagian tubuh lainnya.melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe,
saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh
lainnya.(Depkes,2008)
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan
oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya.Semakin tinggi derajat
positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut.Bila hasil
pemeriksaan negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut tidak
dianggap menular.Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh
konsentrasidroplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.Selain itu,
kontak jangka panjang dengan penderita TB dapat menyebabkan tertulari, seorang
penderita tetap menular sepanjang ditemukan basil TB didalam sputum mereka.
Penderita yang tidak diobati atau yang diobati tidak sempurna dahaknya akan
tetap mengandung basil TB selama
2.9 Beberapa Faktor Risiko
Kejadian Tuberkulosis Paru
2.9.1 Usia
Dari hasil penelitian yang
dilaksanakan di New York pada Panti penampungan orang-orang gelandangan
menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat
secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberkulosis paru
biasanya mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB
Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun.
2.9.2 Jenis kelamin
Di benua Afrika banyak
tuberkulosis terutama menyerang laki-laki. Pada tahun 1996 jumlah penderita TB
Paru laki-laki hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah penderita TB Paru pada
wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9 % pada wanita. Antara tahun
1985-1987 penderita TB paru laki-laki cenderung meningkat sebanyak 2,5%,
sedangkan penderita TB Paru pada wanita menurun 0,7%. TB paru Iebih banyak
terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita karena laki-laki sebagian
besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB paru
dimana Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena TB paru sebanyak 2,2
kali.
2.9.3 Penyakit penyerta
Umumnya penderita TB dalam keadaan
malnutrisi dengan berat badan sekitar 30-50 kg atau indeks masa tubuh kurang
dari 18,5 pada orang dewasa. Sementara berat badan yang lebih kecil 85% dari
berat badan ideal kemungkinan mendapat TB adalah 14 kali lebih besar
dibandingkan dengan berat badan normal. Ini yang menjadi pemikiran bahwa
malnutrisi atau penurunan berat badan telah menjadi faktor utama peningkatan
resiko TB menjadi aktif. Pola makan orang Indonesia yang hampir 70% karbohidrat
dan hanya 10% protein yang pada penyakit kronis selalu disertai dengan tidak
selera makan, tidak mau makan, tidak bisa makan atau tidak mampu membeli
makanan yang mempunyai kandungan gizi baik (kurang protein), sehingga penderita
ini mempunyai status gizi yang buruk.48
Selain faktor gizi, penyakit
seperti Diabetes Mellitus (DM) dan infeksi HIV merupakan salah satu faktor
risiko yang tidak berketergantungan untuk berkembangnya infeksi saluran napas
bagian bawah. Prevalensi TB paru pada DM meningkat 20 kali dibanding non DM dan
aktivitas kuman tuberkulosis meningkat 3 kali pada DM berat dibanding DM
ringan.4,15
Penderita Tuberkulosis menular
(dengan sputum BTA positif) yang juga mengidap HIV merupakan penularan kuman
tuberkulosis tertinggi.Tuberkulosis diketahui merupakan infeksi oportunistik
yang paling sering ditemukan pada pasien dengan reaksi seropositif. Apabila
seseorang dengan seropositif tertular kuman ini maka karena kekebalannya
rendah, besar sekali kemungkinannya akan langsung menderita Tuberkulosis. Hal
ini berbeda sekali dengan orang normal atau mereka dengan seronegatif, karena
kuman ini yang masuk akan dihambat oleh reaksi imunitas yang ada dalam
tubuhnya. Disamping itu penyakit tuberkulosis pada mereka dengan seropositif
cepat berkembang kearah perburukan.
2.9.4 Kepadatan hunian dan
kondisi rumah
Kepadatan penghuni merupakan suatu
proses penularan penyakit. Semakin padat maka perpindahan penyakit, khususnya
penyakit menular melalui udara akan semakin mudah dan cepat, apalagi terdapat
anggota keluarga yang menderita TB dengan BTA positif. Kepadatan hunian
ditempat tinggal penderita TB paru paling banyak adalah tingkat kepadatan
rendah.Suhu didalam ruangan erat kaitannya dengan kepadatan hunian dan
ventilasi rumah. Kondisi kepadatan hunian perumahan atau tempat tinggal lainnya
seperti penginapan, panti-panti tempat penampungan akan besar pengaruhnya
terhadap risiko penularan. Di daerah perkotaan (urban) yang lebih padat
penduduknya dibandingkan di pedesaan (rural), peluang terjadinya kontak dengan
penderita TB lebih besar. Sebaliknya di daerah rural akan lebih kecil
kemungkinannya.48
Ventilasi cukup menjaga agar
aliran udara di dalam rumah tetap segar, sehingga keseimbangan oksigen yang
diperlukan oleh penghuni rumah tetap terjaga. Ventilasi yang baik juga menjaga
dalam kelembaban (humidity) yang optimum.Kelembaban yang optimal (sehat)
adalah sekitar 40–70%. Kelembaban yang lebih Dari 70% akan berpengaruh terhadap
kesehatan penghuni rumah. Kelembaban udara di dalam ruangan naik karena
terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban Ills
merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen (penyebab
penyakit).
Cahaya matahari cukup, tidak lebih
dan tidak kurang, dimana cahaya matahari ini dapat diperoleh dari ventilasi
maupun jendela/genting kaca.Suhu udara yang ideal dalam rumah antara
18-30°C.Suhu optimal pertumbuhan bakteri sangat bervariasi, Mycobacterium
tuberculosis tumbuh optimal pada suhu 37°C.Paparan sinar matahari selama 5
menit dapat membunuh Mycobacterium tuberculosis.Bakteri tahan hidup pada
tempat gelap, sehingga perkembangbiakan bakteri lebih banyak di rumah yang
gelap.
2.9.5 Status sosial ekonomi
keluarga
WHO tahun 2007 menyebutkan 90%
penderita TB di dunia menyerang kelompok sosial ekonomi lemah atau miskin dan
menurut Enarson TB merupakan penyakit terbanyak yang menyerang negara dengan
penduduk berpenghasilan rendah. Sosial ekonomi yang rendah akan menyebabkan
kondisi kepadatan hunian yang tinggi dan buruknya lingkungan, selain itu
masalah kurang gizi dan rendahnya kemampuan untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang layak juga menjadi problem bagi golongan sosial ekonomi rendah.
2.9.6 Perilaku
Perilaku dapat terdiri dari
pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan penderita TB Paru yang kurang
tentang cara penularan, bahaya dan cara pengobatan akan berpengaruh terhadap
sikap dan prilaku sebagai orang sakit dan akhinya berakibat menjadi sumber
penular bagi orang disekelilingnya.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
a. Alat:
mikroskop
binokuler
objek
glass
Ose
Bunzen/lampu
spiritus
Penjepit
barang
Pipet
tetes
Rak
pengecatan
Pasir
lisol
Label/spidol
Tissue
a. Bahan:
Sputum/dahak
b. Reagen
Carbol Fuchsin 0,3 %
HCl alcohol 3 %
Metylein blue 0,3 %
Oil emercy
3.2 Prosedur Kerja
Membersihkan
kaca objek dengan menggunakan tissue
Menyediakan
dahak pada objek glass, lalu diratakan dengan menggunakan ose dengan ukuran 2x3
cm, kemudian membiarkannya sampai kering.
Setelah
sputum mongering, kemudian menggenanginya dengan carbol fuchsin sampai menutupi
semua objek glass
Membakar
objek glass di atas nyala bunzen/lampu spiritus, tidak sampai mendidih, namun
cukup menguap saja.
Mendinginkan
objek glass selama 5 menit, lalu membilasnya dengan air mengalir / aliran
kecil.
Mengenangkan
dengan HCl alcohol selama 30 detik.
Membilasnya
lagi dengan air mengalir (jika masih berwarna merah, diulangi lagi dengan
menggunakan HCl alcohol sampai objek berwarna pucat, kemudian membilasnya lagi
dengan air mengalir
Menggenangi
dengan Methylein blue selam 15 detik.
Membilasnya
dengan air mengalir dan mengeringkannya
Setelah
kering, genetesi objek/sampel dengan oil emercy, lalu mengamatinya dengan
mikroskop binokuler dengan pembesaran 100x (pembesarn lensa objektif 100x dan
pembesaran lensa okuler 10x)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
ü Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan
pandang ditulis negatif
ü Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapangan
pandang : ditulis jumlah kuman
ü Ditemukan 1-99 BTA dalam 100 lapangan
pandang : 1+
ü Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapangan
pandang : 2+
ü Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapangan
pandang : 3+
Gambar Mycobacterium
tuberculosis dalam sputum/dahak:
Mycobacterium
tuberculosis
|
4.2 Pembahasan
a. Mycobacterium Tuberculosis
Mycobacterium tuberculosis
adalah bakteri penyebab penyakit tuberkulosa.Mycobacterium tuberculosis pertama kali dideskripsikan pada
tanggal 24 Maret1882
oleh Robert Koch.Bakteri ini juga disebut abasilus Koch.
b. Klasifikasi Mycobacterium Tuberculosis
Kingdom : Bacteria
Phylum :
Actinobacteria
Order :
Actinomycetales
Suborder :
Corynebacterineae
Family :
Mycobacteriaceae
Genus :
Mycobacterium
Species :
M. tuberculosis
Binomial name :
Mycobacterium tuberculosis
Mycobacterium tuberculosis tidak dapat diklasifikasikan
sebagai bakteri gram positif atau bakteri gram negatif, karena apabila diwarnai
sekali dengan zat warna basa, warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan
alkohol, meskipun dibubuhi iodium. Oleh sebab itu bakteri ini termasuk
dalam bakteri tahan asam. Mycobacterium tuberculosis cenderung
lebih resisten terhadap faktor kimia dari pada bakteri yang lain karena sifat
hidrofobik permukaan selnya dan pertumbuhan bergerombol.
Mycobacterium tuberculosis tidak menghasilkan kapsul atau
spora serta dinding selnya terdiri dari peptidoglikan dan DAP, dengan kandungan
lipid kira-kira setinggi 60% (Simbahgaul, 2008).
Pada dinding sel mycobacteria, lemak
berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya.Struktur ini
menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari
antibiotik. Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel
mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan Mycobacterium
tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofag.
c.
Morfologi
Mycobacterium tuberculosis merupakan
kuman batang lurus atau agak bengkok, berukuran panjang 1 sampai 4 µ dan lebar
0,2 sampai 0,8 µ, dapat ditemukan bentuk sendiri maupun berkelompok. Kuman ini
merupakan bakteri tahan asam (BTA) yang bersifat tidak bergerak, tidak
berspora, dan tidak bersimpai.Pada pewarnaannya M. tuberculosis tampak
seperti manik-manik atau tidak terwarnai secara merata.
d.
Sifat-Sifat Biakan
1.
Kuman bersifat aerob yaitu organisme yang melakukan metabolisme
dengan bantuan oksigen.
2.
Sifat pertumbuhan lambat (waktu generasi 2 sampai 6 minggu),
sedangkan koloninya muncul pada pembiakan 2 minggu sampai 6 minggu.
3.
Suhu optimum pertumbuhan pada 37˚C dan pH optimum 6,4 sampai 7.
4.
Tumbuh subur pada biakan (eugonik), adapun perbenihannya dapat
diperkaya dengan penambahan telur, gliserol, kentang, daging, ataupun
asparagin.
e.
Daya Tahan
Kuman ini tahan terhadap desinfektan kimia dan pengeringan.Dapat
mati pada suhu 60˚C selama 20 menit, ataupun pada suhu 100˚C dengan waktu yang
lebih singkat.Jika terkena sinar matahari, biakan kuman mati dalam waktu 2 jam.
Pada dahak kuman ini dapat bertahan 20 sampai 30 jam walaupun disinari
matahari. Selain itu, kuman mati oleh tincture iodii , etanol 80%, dan fenol
5%.
f.
Patogenesis:
Dasar sifat virulensi kuman ini belum diketahui.Kuman ini tidak
membuat toksin, namun keanekaragaman komponen dari kuman ini memiliki keaktifan
biologis yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi pathogenesis, alergi, dan
kekebalan pada penyakit ini.Virulensi tergantung pada dua senyawa di selubung
sel M. tubercolosis yang berminyak.Faktor genjel (cord factor,
trehalosa mikrolet) menghambat respirasi mitokondria.Sulfolipid/ sulfatida
menghambat fusi fagosom-lisosom, sehingga M. tubercolosis dapat
bertahan hidup dalam sel.
Infeksi terjadi melalui debu atau titik cairan(droplet) yang
mengandung kuman TBC dan masuk ke jalan nafas. Penyakit imbul setelah kuman
menetap dan berkembang biak dalam paru-paru atau kelenjar getah bening
regional.
Perkembangan penyakit bergantung pada : Dosis kuman yang masuk dan
Daya tahan serta hipersensitivitas hospes.
Kelainan patologi yang terjadi :
1. Tipe Eksudatif
Terdiri dari
inflamasi yang akut dengan edema, sel-sel leukosit PMN dan menyusul kemudian
sel-sel monosit yang mengelilingi tuberculosis.Kelainan ini terutama terlihat
pada jaringan paru dan mirip Pneumonia bakteri.Dalam masa eksudatif ini
tuberculin adalah positif.
2. Tipe Produktif
Apabila sudah matang prosesnya lesi ini berbentuk granuloma yang
kronik, terdiri dari 3 zona.:
a) Zona Sentral dengan sel raksasa yang
berinti banyak dan mengandung tuberculosis.
b) Zona Tengah yang terdiri dari sel-sel
epitel yang tersusun radial
c) Zona yang terdiri dari fibroblast, limfosit, dan monosit. Lambat laun zona
luar akan berubah menjadi fibrotik dan zona sentral akan mengalami
perkijuan. Kelainan seperi ini disebut
sebagai tuberkel.
Perjalanan Kuman tuberculosis di dalam
tubuh :
Kuman menjalar
melalui saluran limfe ke kelenjar getah bening à ductus
thoracicus à Organ tubuh melalui aliran darah à Dapat juga
langsung dari proses perkijuan masuk ke vena àPecah ke bronkus Tersebar
ke seluruh paru-paru atau tertelan ke tractus digastivus.
g.
Jalur
Infeksi
Kuman tuberculosis biasanya masuk ke dalam tubuh melalui hirupan
nafas, tertelan, atau masuk melalui luka pada kulit.Jika terhirup oleh
pernafasan kuman ini mengendap pada alveoli paru-paru, lalu difagosit oleh
makrofag alveolus. Di dalam fagosit kuman ini terus berkembang biak. Fagosit
yang berisi kuman yang dimakannya berfungsi sebagai alat pengangkut infeksi ke
berbagai bagian tubuh.
h.
Gejala
·
Gejala utama
Gejala klinis yang penting dari TB dan sering
digunakan untuk menegakkan diagnosis klinik adalah batuk terus menerus selama 3
(tiga) minggu atau lebih yang disertai dengan keluarnya sputum dan berkurangnya
berat badan.
·
Gejala tambahan
Gejala tambahan yang sering dijumpai, yaitu:dahak
bercampur darah,batuk darah,sesak nafas dan rasa nyeri dada,badan lemah, nafsu
makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat
malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.
i.
pencegahan penyakit tuberculosis
TBC dapat dicegah dengan memutuskan rantai penularan yaitu dengan
mengobati penderita TBC sampai benar-benar sembuh serta dengan melaksanakan
Pola Hidup Bersih dan Sehat. Sedangkan untuk penyembuhan dengan jalan minum
obat yang diberikan secara teratur,sampai dinyatakan sembuh. Seseorang yang
positif menderita penyakit TBC bila berobat di unit pelayanan kesehatan akan
mendapat obat TBC yang disebut"Kombipak" atau paket obat FDC yang
semuanya diberikan secara gratis, dengan mutu dan kualitas.
DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse chemotherapy) adalah
strategi pengobatan pasien TB dengan menggunakan paduan obat jangka pendek dan
diawasi langsung oleh seorang pengawas yang dikenal sebagai PMO (pengawas
menelan obat).Pengobatan TBC dengan strategi DOTS ini merupakan satu-satunya
pengobatan TBC yang saat ini direkomendasikan oleh oraganisasi kesehatan sedunia
(WHO) karena terbukti paling efektif.Obat TBC harus diminum secara teratur
sampai penderita dinyatakan sembuh. Lama pengobatan berkisar 6sampai dengan 8
bulan. Jika tidak teratur minum obat akan menimbulkan:
Penyakitnya akan lebih sukar diobati
Kuman TBC dalam tubuh akan berkembang semakin banyak dan menyerang
organ tubuh lain
Akan membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat sembuh
Biaya pengobatan akan sangat besar .
Pencegahan terhadap kemungkinan terjangkitnya penyakit ini
merupakan langkah yang paling efektif dan efisien. Adapun yang dapat kita
lakukan sebagai upaya pencegahan adalah sebagai berikut:
§ Konsumsi makanan bergizi
Dengan asupan makanan bergizi, daya tahan tubuh akan meningkat.
Produksi leukosit pun tidak akan mengalami gangguan, hingga siap melawan
bakteri TBC yang kemungkinan terhirup. Selain itu, konsumsi makanan bergizi
juga menghindarkan terjadinya komplikasi berat akibat TBC (Anonim e, 2010).
§ Vaksinasi
Dengan vaksinasi BCG yang benar dan di usia yang tepat, sel-sel
darah putih menjadi cukup matang dan memiliki kemampuan melawan bakteri
TBC. Meski begitu, vaksinasi ini tidak menjamin penderita bebas sama
sekali dari penyakit TBC, khususnya TBC paru. Hanya saja kuman TBC yang masuk
ke paru-paru tidak akan berkembang dan menimbulkan komplikasi. Bakteri juga
tidak bisa menembus aliran darah dan komplikasi pun bisa dihindarkan. Dengan
kata lain, karena sudah divaksin BCG, anak hanya menderita TBC ringan (Anonim
e, 2010).
§ Lingkungan
Lingkungan yang kumuh dan padat akan membuat penularan TBC berlangsung
cepat. Untuk itulah mengapa lingkungan yang sehat dan kebersihan makanan dan
minuman sangat perlu untuk dijaga.Secara umum, dapat dilakukan pencegahan sebagai
berikut :
- Jangan meludah di sembarang tempat .
- Gunakan tempat yang tertutup untuk menampung dahak.
- dahak jangan dibuang di sembarang tempat.
- Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat (tidak merokok, jemur kasur dan
tikar secara teratur, ventilasi udara serta sinar matahari.
BAB V
P E N U T U P
5.1 Kesimpulan
Dari
hasil pengamatan dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Tuberculosis adalah
panyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa;
Seseorang dikatakan menderita TB apabila dalam dahaknya
ditemukan BTA pada pemeriksaan secara mikroskopis;
Sumber
infeksi Tuberculosis
dari penderita dengan TB positif ada beberapa macam, seperti droplet dari
dahak, aerosol dari pernafasan, susu yang tercemar, makanan dan minuman
tercemar, isi saluran pencernaan, dan leleran dari saluran urogenital.
Mycobacterium
tuberculosa tidak hanya menyerang paru-paru tetapi juga dapat
menyerang mata dan tulang;
Apabila tidak diobati dalam jangka waktu 5 tahun,
penderita penyakit TBC dapat meninggal dunia.
5.2 Saran
Sebaiknya ruangan laboratorium agar bisa lebih
diperluas lagi agar kegiatan praktikum dapat berjalan lebih efektif dan kita
lebih leluasa menjalankan kegiatan praktikum. Lemari di dalam laboratorium juga
perlu ditambah agar lebih banyak menampung zat-zat kimia dan alat-alat
praktikum sehinggga tidak terlalu banyak diatas meja tempat praktikum.
Untuk
masyarakat: diharapkan menghindari kontak langsung dengan penderita TB, menjaga
kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggal, memperhatikan asupan gizi pada
makanan yang dikonsumsi, dan memeriksakan diri secepatnya jika mulai mengalami
batuk berdahak yang berkepanjangan.
DAFTAR PUSTAKA
Analismuslim,2012.
“Mycobacterium tuberculosis”. Diakses tanggal 7 juni 2012
Depkes RI,1997.Pedoman Tuberculosis dan penanggulanganya,Dirjen P2M dan
PLP.Jakarta
Syara,2012.
“Mycobacterium tuberculosis” diakses tanggal 6 juni 2012