Rabu, 20 Februari 2013

komunikasi --- about bahaya rabies

 Awas...Bahaya Rabies
Penyakit Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit hewan yang menular yang disebakan oleh virus dan dapat menyerang hewan berdarah panas dan manusia.
Pada hewan yang menderita Rabies, virus ditemukan dengan jumlah banyak pada air liurnya. Virus ini akan ditularkan ke hewan lain atau ke manusia terutama melalui luka gigitan . Oleh karena itu bangsa Karnivora (anjing,kucing, serigala) adalah hewan yang paling utama sebagai penyebar Rabies.
Penyakit Rabies merupakan penyakit Zoonosa yang sangat berbahaya dan ditakuti karena bila telah menyerang manusia atau hewan akan selalu berakhir dengan kematian.
Mengingat akan bahaya dan keganasannya terhadap kesehatan dan ketentraman hidup masyarakat, maka usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit ini perlu dilaksanakan secara intensif. Untuk itu pemerintah menetapkan agar Indonesia bebas Rabies pada tahun 2005.
Tindakan Terhadap Anjing , Kucing, atau Kera Yang Dipelihara
1. Menempatkan hewan peliharaan dalam kandang yang baik dan sesuai dan senantiasa memperhatikan kebersihan kandang dan sekitarnya.
2. Menjaga kesehatan hewan peliharaan dengan memberikan makanan yang baik , pemeliharaan yang baik dan melaksanakan Vaksinasi Rabies secara teratur setiap tahun ke Dinas Peternakan atau Dokter Hewan Praktek.
3. Memasang rantai pada leher anjing bila anjing tidak dikandangkan atau sedang diajak berjalan-jalan.

Himbuan Kepada Masyarakat
Bantulah Petugas Dinas Peternakan dalam menekan jumlah anjing/kucing liar atau yang tidak bertuan dilingkungan/tempat tinggal masing-masing.


Sumber artikel berasal dari :
Dinas Peternakan Pemerintah Kabupaten Tangerang
Alamat : Jl. Daan Mogot No.53 Tangerang
Telepon : (021)552-1386 . Faks : (021)552-4866

Uraian :
Unsur :
*      Komunikator : Dinas Peternakan Pemerintah Kabupaten Tangerang
*      Pesan : Mengingatkan akan bahaya dari penyakit rabies, tindakan terhadap hewan peliharaan, serta menghimbau kepada masyarakat dalam menekan jumlah anjing/kucing liar atau yang tidak bertuan dilingkungan/tempat tinggal masing-masing.
*      Komunikan : Masyarakat khususnya yang memiliki hewan peliharaan.
Bentuk :
*        Verbal => karena tidak disampaikan dengan bahasa simbolik atau bahasa tubuh.
*        Komunikasi tidak langsung => Karena tidak langsung terjadi interaksi
*        Komunikasi massa => karena informasi ini dapat diterima oleh lebih dari 30 orang.
Prinsip Komunikasi :
*   Komunikasi bersifat proses, dinamis, transaksi => dimana rangkaian komunikasi tersebut tidak pada satu waktu.
*   Komunikasi bersifat irreversible => Apabila informasi tersebut telah keluar maka tidak dapat ditarik kembali.
Hambatan Komunikasi :
*      Interest
*      Prejudice
Kesesuaian sasaran dengan pemilihan media yakni dengan memasukkan artikel tersebut kesitus di internet menurut saya kurang sesuai karena tidak semua lapisan masyarakat dapat menjangkau internet, apalagi dimasyarakat pedalaman. Sedangkan kita ketahui bahwa informasi seperti itu harus diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat karena penyakit rabies bisa diderita oleh siapa saja., sebaiknya pemilihan media dengan media audio atau media cetak .,,

Ria Febriana Muhtar
K1111342

makalah agen penyakit -- Mycobacterium tuberculosis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1            Latar Belakang
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakitinfeksi yang disebabkan oleh bakteriMycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia.Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus.
Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus ini terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus di dunia.
Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB.Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal. Seratus tahun yang lalu, satu dari lima kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh tuberkulosis.
Tuberkulosis masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang tersering di Indonesia. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan mempunyai dampak yang besar karena pasien Tuberkulosis akan menularkan penyakitnya pada lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin bertambah.
Pengobatan Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan pengobatan dan selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau berhenti, karena pengobatan yang cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau menjalankan pengobatan secara tidak teratur, kedua hal ini ini fatal akibatnya yaitu pengobatan tidak berhasil dan kuman menjadi kebal disebut MDR ( multi drugs resistance ), kasus ini memerlukan biaya berlipat dan lebih sulit dalam pengobatannya sehingga diharapkan pasien disiplin dalam berobat setiap waktu demi pengentasan tuberkulosis di Indonesia

1.2      Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah untuk melihat dan mengetahui morfologi mycobacterium tuberculosis pada sampel sputum

1.3      Manfaat Percobaan
Adapun manfaat dari percobaan kali ini adalah kita dapat mengamati morfologi Mycobacterium tuberculosis pada sampel sputum (dahak), sehingga dapat mengetahui bentuk Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyebabkan penyakit TBC.

makalah biomedik --Vitamin yang larut dalam lemak

BAB I
PENDAHULUAN

1.1            Latar Belakang
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakitinfeksi yang disebabkan oleh bakteriMycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia.Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus.
Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus ini terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus di dunia.
Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB.Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal. Seratus tahun yang lalu, satu dari lima kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh tuberkulosis.
Tuberkulosis masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang tersering di Indonesia. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan mempunyai dampak yang besar karena pasien Tuberkulosis akan menularkan penyakitnya pada lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin bertambah.
Pengobatan Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan pengobatan dan selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau berhenti, karena pengobatan yang cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau menjalankan pengobatan secara tidak teratur, kedua hal ini ini fatal akibatnya yaitu pengobatan tidak berhasil dan kuman menjadi kebal disebut MDR ( multi drugs resistance ), kasus ini memerlukan biaya berlipat dan lebih sulit dalam pengobatannya sehingga diharapkan pasien disiplin dalam berobat setiap waktu demi pengentasan tuberkulosis di Indonesia

1.2      Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah untuk melihat dan mengetahui morfologi mycobacterium tuberculosis pada sampel sputum

1.3      Manfaat Percobaan
Adapun manfaat dari percobaan kali ini adalah kita dapat mengamati morfologi Mycobacterium tuberculosis pada sampel sputum (dahak), sehingga dapat mengetahui bentuk Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyebabkan penyakit TBC.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Sejarah Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit yang diderita manusia sama tuanya dengan sejarah manusia. Penemuan lesi pada tulang-tulang belakang mummi yang sesuai dengan TB ditemukan di Heidelberg, diduga berasal dari tahun 5000 SM. Demikian juga halnya di Italia diduga berasal dari tahun 4000 SM. Keadaan ini juga dijumpai di Denmark dan lembah Jordan. Di Mesir juga ditemukan lukisan-lukisan pada dinding berupa bentuk kelainan tulang belakang yang sesuai dengan penemuan TB spinal pada mummi.Di Indonesia catatan paling tua dari penyakit ini adalah seperti didapatkan pada salah satu relief di candi Borobudur yang tampaknya menggambarkan kasus tuberkulosis.
Hipokrates juga mendeskripsikan tentang penyakit ini dan menyebutnya “Pthisis”.Akhirnya pada tahun 1882 Robert Koch menemukan basil tuberkulosis sebagai penyebabnya dan hasil penemuannya dipresentasikan pada tanggal 24 Maret 1882 di Berlin.Hal ini di peringati sebagai hari TB sedunia (TB Day).

2.2  Epidemiologi
Setiap tahunnya sekitar 4 juta penderita baru tuberkulosis paru menular di dunia, ditambah lagi dengan penderita yang tidak menular. Artinya setiap tahun di dunia ini akan ada sekitar 8 juta penderita tuberkulosis paru, dan akan ada sekitar 3 juta orang meninggal oleh karena penyakit ini. Ditahun 1990 tercatat ada lebih dari 45 juta kematian di dunia karena berbagai sebab, dimana 3 juta diantaranya (7%) terjadi karena kasus tuberkulosis. Selain itu 25% dari seluruh kematian yang sebenarnya dapat dicegah terjadi akibat tuberkulosis.Tahun 1990 dikawasan Asia Tenggara telah muncul 3.1 juta penderita baru tuberkulosis dan terjadi lebih dari satu juta kematian akibat penyakit ini. Pada tahun 2005 di Asia Tenggara ada lebih dari 8,8 juta penderita baru tuberkulosis dan lebih dari 1,6 juta kematian.

2.3  Etiologi
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh infeksi kuman (basil) Mikobakterium tuberkulosis.Sebagian besar basil tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lain.Organisme ini termasuk ordo Actinomycetalis, familia Mycobacteriaceae dan genus Mycobacterium.Genus Mycobacterium memiliki beberapa spesies diantaranya Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan infeksi pada manusia. Basil tuberkulosis berbentuk batang ramping lurus, tapi kadang-kadang agak melengkung, dengan ukuran panjang 2μm-4μm dan lebar 0,2μm–0,5μm. Organisme ini tidak bergerak, tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul, bila diwarnai akan terlihat berbentuk manik-manik atau granuler. Kuman ini bersifat obligat aerob dan pertumbuhannya lambat. Dibutuhkan waktu 18 jam untuk mengganda dan pertumbuhan pada media kultur biasa dapat dilihat dalam waktu 6-8 minggu.
Suhu optimal untuk untuk tumbuh pada 370 C dan pH 6,4 – 7,0. Jika dipanaskan pada suhu 600 C akan mati dalam waktu 15-20 menit. Kuman ini sangat rentan terhadap sinar matahari dan radiasi sinar ultraviolet.Disamping itu organisme ini agak resisten terhadap bahan-bahan kimia dan tahan terhadap pengeringan, sehingga memungkinkan untuk tetap hidup dalam periode yang panjang didalam ruangan-ruangan, selimut dan kain yang ada di kamar tidur, sputum.Dinding selnya 60% terdiri dari kompleks lemak seperti mycolic acid yang menyebabkan kuman bersifat tahan asam, cord factor merupakan mikosida yang berhubungan dengan virulansi. Kuman yang virulen mempunyai bentuk khas yang disebut serpentine cord, Wax D yang berperan dalam immunogenitas dan phospatides yang berperan dalam proses nekrosis kaseosa. Basil tuberkulosis sulit untuk diwarnai tapi sekali diwarnai ia akan mengikat zat warna dengan kuat yang tidak dapat dilepaskan dengan larutan asam alcohol seperti perwarnaan Ziehl Nielsen. Organisme seperti ini di sebut tahan asam.Basil tuberkulosis juga dapat diwarnai dengan pewarnaan fluoresens seperti pewarnaan auramin rhodamin.

2.4    Penularan Dan Penyebaran
Tuberkulosis ditularkan melalui udara oleh partikel kecil yang berisi kuman tuberkulosis yang disebut “droplet nukleus”.Droplet nukleus yang berukuran 1-5 μm dapat sampai ke alveoli. Droplet nukleus kecil yang berisi basil tunggal lebih berbahaya daripada sejumlah besar basil didalam partikel yang besar, sebab partikel besar akan cenderung menumpuk dijalan napas daripada sampai ke alveoli sehingga akan dikeluarkan dari paru oleh sistem mukosilier.7 Batuk merupakan mekanisme yang paling efektif untuk menghasilkan droplet nukleus. Satu kali batuk yang cepat dan kuat akan menghasilkan partikel infeksius sama banyaknya dengan berbicara keras selama lima menit. Penyebaran melalui udara juga dapat disebabkan oleh manuver ekspirasi yang kuat seperti bersin, berteriak, bernyanyi.2 Satu kali bersin dapat menghasilkan 20.000 – 40.000 droplet, tapi kebanyakan merupakan partikel yang besar sehingga tidak infeksius. Pasien yang batuk lebih dari 48 kali/malam akan menginfeksi 48% dari orang yang kontak dengan pasien. Sementara pasien yang batuk kurang dari 12 kali/malam menginfeksi 28% dari kontaknya.27 Basil tuberkulosis dapat juga memasuki tubuh melalui traktus gastrointestinal ketika minum susu yang mengandung Mikobakterium tuberkulosis. Jalan masuk lain kedalam tubuh manusia adalah melalui luka pada kulit atau membran mukosa, tetapi penyebaran dengan cara ini sangat jarang. Jika fokus tuberkulosis telah terbentuk pada satu bagian tubuh maka penyakit dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain melalui pembuluh darah, saluran limfatik, kontak langsung, saluran cerna (sering dari intestinum kembali ke darah melalui duktus torasikus) dan terakhir yang paling sering melalui jalan napas.
Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak.Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif. Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun.4,8 ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%.

2.5    Patogenesis
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh cell mediated immune response. Sel efektornya adalah makrofag, sedang limfosit (biasanya sel T) merupakan immunoresponse cell. Inhalasi partikel besar yang berisi lebih dari tiga basil tuberkulosis tidak akan sampai ke alveoli, partikel akan melekat di dinding bronkus dan akan dikeluarkan oleh sistem mukosiliari, tetapi inhalasi partikel kecil yang berisi 1-3 basil dapat sampai ke alveoli.
Basil tuberkulosis yang menginfeksi paru dalam 6 – 8 minggu akan menimbulkan gejala karena telah mengaktifasi limfosit T helper CD 4 (cluster diffrentiated) agar memproduksi interferon gamma guna aktifasi makrofag sehingga meningkatkan kemampuan fagositosisnya. Disamping itu juga diproduksi TNF (tumor necrotizing factor) oleh limfosit T dan makrofag dimana TNF berperan dalam aktifasi makrofag dan inflamasi lokal.
Basil tuberkulosis yang masuk ke alveoli akan diikuti oleh vasodilatasi dan masuknya leukosit polimorponuklear dan makrofag yang berfungsi untuk memakan dan membunuh basil tersebut. Setelah beberapa hari maka leukosit berkurang dan makrofag jadi dominan. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut yang disebut dengan focus primer atau Ghon focus yang merupakan infeksi primer. Infeksi primer ini dapat sembuh dengan atau tanpa bekas atau dapat berlanjut terus dan bakteri terus di fagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil dapat menyebar melalui kelenjar getah bening menuju kelenjar getah bening regional. Gabungan terserangnya kelenjar getah bening dengan fokus primer disebut kompleks ghon. Infeksi primer kadang-kadang berlanjut terus dan perubahan patologisnya bersamaan seperti TB post primer.
TB post primer umumnya terlihat pada paru bagian atas terutama pada segmen posterior lobus atas atau pada bagian apeks lobus bawah. Terjadinya TB post primer dapat terjadi melalui salah satu dari 3 mekanisme ini yaitu:
1.     Perkembangan langsung dari TB primer
2.     Reaktivasi dari TB primer (endogenous)
3.     Reinfeksi dari luar (exogenous reinfection).
4.     Proliferasi dari basil tuberkulosis didalam nekrosis sentral diikuti dengan perlunakan dan pencairan zat-zat kaseosa yang dapat pecah ke bronkus dan membentuk kavitas. Perdarahan dapat terjadi jika proses kaseosa berlanjut ke pembuluh darah pada dinding kavitas. Penyebaran kaseosa dan bahan-bahan cair kedalam percabangan bronkus akan menyebarkan infeksi ke daerah paru yang lainnya. Rupturnya fokus kaseosa kedalam pembuluh darah akan mengakibatkan terjadinya TB milier.
Pemberian vaksinasi BCG yang merupakan imunisasi aktif dimana vaksin yang digunakan merupakan kuman yang dilemahkan sehingga tidak dapat menyebabkan penyakit, melainkan masih dapat mengakibatkan imunitas. Individu yang telah diberikan vaksin BCG secara lengkap maka didalam badannya telah terbentuk suatu kekebalan yang dapat melawan infeksi tuberkulosis sehingga walaupun tidak dapat menjamin individu tersebut dari penyakit ini tetapi jika ia terserang tuberkulosis umumnya penyakit tidaklah berat. Infeksi tuberkulosis berkaitan erat dengan imunitas seseorang.Meskipun penyakit tuberkulosis merupakan penyakit infeksi tetapi ternyata diperlukan juga suatu hereditas tubuh untuk dapat menderitanya.
2.6    Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis TB Paru perlu dilakukan beberapa pemeriksaan seperti: pemeriksaan klinis, pemeriksaan radiologik dan pemeriksaan laboratorium (mikrobiologik).

2.6.1 Pemeriksaan klinis
TB disebut juga The great immitator oleh karena gejalanya banyak mirip dengan penyakit lain. Pada pemeriksaan klinis dibagi atas pemeriksaan gejala klinis dan pemeriksaan jasmani.

1.      Gejala klinis
Gejala klinis TB Paru dibagi menjadi 2 (dua) golongan yaitu:
a.  Gejala respiratorik
Batuk ; merupakan gejala yang paling dini dan paling sering dikeluhkan. Batuk timbul oleh karena bronkus sudah terlibat.Batuk-batuk yang berlangsung ≥ 3 minggu harus dipikirkan adanya tuberkulosis paru.
Batuk darah ; darah yang dikeluarkan dapat berupa garis-garis, bercak-bercak atau bahkan dalam jumlah banyak. Batuk darah dapat juga terjadi pada bronkiektasis dan tumor paru.
Sesak napas ; dijumpai jika proses penyakit sudah lanjut dan terdapat kerusakan paru yang cukup luas.
Nyeri dada ; timbul apabila sistem persarafan yang terdapat di pleura sudah terlibat.
b.  Gejala sistemik
Demam ; merupakan gejala yang paling sering dijumpai, biasanya timbul pada sore dan malam hari.
Gejala sistemik lain seperti keringat malam, anoreksia, malaise, berat badan menurun serta nafsu makan menurun.


2.      Pemeriksaan Jasmani
Pemeriksaan jasmani sangat tergantung pada luas lesi dan kelainan struktural paru yang terinfeksi.Pada permulaan penyakit sulit didapatkan kelainan pada pemeriksaan jasmani. Suara atau bising napas abnormal dapat berupa suara bronkial, amforik, ronki basah, suara napas melemah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.38 Sedangkan limfadenitis yang disebabkan oleh M.tuberculosis dapat menyebabkan pembesaran kelenjar limfe dalam beberapa minggu atau bulan dan selalu disertai nyeri tekan pada nodul yang bersangkutan. Lesi umumnya terletak di sekitar perjalanan vena jugularis, belakang leher ataupun di daerah supra clavicula.

2.6.2 Pemeriksaan radiologik
Pemeriksaan rutin adalah foto toraks PA. Pemeriksaan atas indikasi seperti foto apikolordotik, oblik, CT Scan. Tuberkulosis memberikan gambaran bermacam-macam pada foto toraks. Gambaran radiologik yang ditemukan dapat berupa:
a. Bayangan lesi di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus bawah
b. Bayangan berawan atau berbercak
c. Adanya kavitas tunggal atau ganda
d. Bayangan bercak milier
e. Bayangan efusi pleura, umumnya unilateral
f. Destroyed lobe sampai destroyed lung
g. Kalsifikasi
h. Schwarte.
Berdasarkan luasnya proses yang tampak pada foto toraks dapat dibagi sebagai berikut:
a. Lesi minimal (minimal lesion)
Bila proses tuberkulosis paru mengenai sebagian kecil dari satu atau dua paru dengan luas tidak lebih dengan volume paru yang terletak diatas chondrosternal junction dari iga kedua dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis IV atau korpus vertebra torakalis V dan tidak dijumpai kavitas.

b.  Lesi sedang (moderately advanced lesion)
Bila proses penyakit lebih luas dari lesi minimal dan dapat menyebar dengan densitas sedang, tetapi luas proses tidak boleh lebih luas dari satu paru, atau jumlah dari seluruh proses yang ada paling banyak seluas satu paru atau bila proses tuberkulosis tadi mempunyai densitas lebih padat, lebih tebal maka proses tersebut tidak boleh lebih dari sepertiga pada satu paru dan proses ini dapat / tidak disertai kavitas. Bila disertai kavitas maka luas (diameter) semua kavitas tidak boleh lebih dari 4 cm.

c.   Lesi luas (far advanced):
Kelainan lebih luas dari lesi sedang.

2.7      Cara Penularan
Penularan penyakit TB dapat terjadi secara:
1)     Penularan langsung
Penularan yang terjadi dengan cara penularan langsung dari orang ke orang yaitu dalam bentuk droplet nuclei pada orang yang berada pada jarak yang sangat berdekatan.
2)     Penularan melalui udara
Penularan ini terjadi tanpa kontak dengan penderita dan dapat terjadi dalam bentuk droplet nuclei yang keluar dari mulut atau hidung, maupun dalam bentuk dust (debu).Penularan melalui udara memegang peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit TB.
Droplet nuclei merupakan partikel yang sangat kecil sebagai sisadroplet yang mengering.Sedangkan Dust adalah bentuk partikel dengan berbagai ukuran sebagai hasil dari resuspensi partikel yang terletak di lantai, di tempat tidur serta yang tertiup angin bersama debu lantai/ tanah.
3)    Penularan melalui makanan/minuman
Penularan TB dalam hal ini dapat melalui susu (milk borne disease) karena susu merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan mikro organisme penyebab, juga karena susu sering diminum dalam keadaan segar tanpa dimasak atau dipasteurisasi, sedangkan pada susu yang mengalami kontaminasi oleh bakteri tidak memperlihatkan tanda-tanda tertentu.

2.8    Sumber Penularan
Sumber penularan adalah penderita TBC BTA (+) Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.Orang dapat terinfeksi kalaudroplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan.Setelah kuman TBC masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TBC tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya.melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.(Depkes,2008)
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya.Semakin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut.Bila hasil pemeriksaan negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut tidak dianggap menular.Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh konsentrasidroplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.Selain itu, kontak jangka panjang dengan penderita TB dapat menyebabkan tertulari, seorang penderita tetap menular sepanjang ditemukan basil TB didalam sputum mereka. Penderita yang tidak diobati atau yang diobati tidak sempurna dahaknya akan tetap mengandung basil TB selama

2.9    Beberapa Faktor Risiko Kejadian Tuberkulosis Paru
2.9.1 Usia
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di New York pada Panti penampungan orang-orang gelandangan menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun.

2.9.2 Jenis kelamin
Di benua Afrika banyak tuberkulosis terutama menyerang laki-laki. Pada tahun 1996 jumlah penderita TB Paru laki-laki hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah penderita TB Paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9 % pada wanita. Antara tahun 1985-1987 penderita TB paru laki-laki cenderung meningkat sebanyak 2,5%, sedangkan penderita TB Paru pada wanita menurun 0,7%. TB paru Iebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB paru dimana Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena TB paru sebanyak 2,2 kali.

2.9.3 Penyakit penyerta
Umumnya penderita TB dalam keadaan malnutrisi dengan berat badan sekitar 30-50 kg atau indeks masa tubuh kurang dari 18,5 pada orang dewasa. Sementara berat badan yang lebih kecil 85% dari berat badan ideal kemungkinan mendapat TB adalah 14 kali lebih besar dibandingkan dengan berat badan normal. Ini yang menjadi pemikiran bahwa malnutrisi atau penurunan berat badan telah menjadi faktor utama peningkatan resiko TB menjadi aktif. Pola makan orang Indonesia yang hampir 70% karbohidrat dan hanya 10% protein yang pada penyakit kronis selalu disertai dengan tidak selera makan, tidak mau makan, tidak bisa makan atau tidak mampu membeli makanan yang mempunyai kandungan gizi baik (kurang protein), sehingga penderita ini mempunyai status gizi yang buruk.48
Selain faktor gizi, penyakit seperti Diabetes Mellitus (DM) dan infeksi HIV merupakan salah satu faktor risiko yang tidak berketergantungan untuk berkembangnya infeksi saluran napas bagian bawah. Prevalensi TB paru pada DM meningkat 20 kali dibanding non DM dan aktivitas kuman tuberkulosis meningkat 3 kali pada DM berat dibanding DM ringan.4,15
Penderita Tuberkulosis menular (dengan sputum BTA positif) yang juga mengidap HIV merupakan penularan kuman tuberkulosis tertinggi.Tuberkulosis diketahui merupakan infeksi oportunistik yang paling sering ditemukan pada pasien dengan reaksi seropositif. Apabila seseorang dengan seropositif tertular kuman ini maka karena kekebalannya rendah, besar sekali kemungkinannya akan langsung menderita Tuberkulosis. Hal ini berbeda sekali dengan orang normal atau mereka dengan seronegatif, karena kuman ini yang masuk akan dihambat oleh reaksi imunitas yang ada dalam tubuhnya. Disamping itu penyakit tuberkulosis pada mereka dengan seropositif cepat berkembang kearah perburukan.

2.9.4 Kepadatan hunian dan kondisi rumah
Kepadatan penghuni merupakan suatu proses penularan penyakit. Semakin padat maka perpindahan penyakit, khususnya penyakit menular melalui udara akan semakin mudah dan cepat, apalagi terdapat anggota keluarga yang menderita TB dengan BTA positif. Kepadatan hunian ditempat tinggal penderita TB paru paling banyak adalah tingkat kepadatan rendah.Suhu didalam ruangan erat kaitannya dengan kepadatan hunian dan ventilasi rumah. Kondisi kepadatan hunian perumahan atau tempat tinggal lainnya seperti penginapan, panti-panti tempat penampungan akan besar pengaruhnya terhadap risiko penularan. Di daerah perkotaan (urban) yang lebih padat penduduknya dibandingkan di pedesaan (rural), peluang terjadinya kontak dengan penderita TB lebih besar. Sebaliknya di daerah rural akan lebih kecil kemungkinannya.48
Ventilasi cukup menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap segar, sehingga keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tetap terjaga. Ventilasi yang baik juga menjaga dalam kelembaban (humidity) yang optimum.Kelembaban yang optimal (sehat) adalah sekitar 40–70%. Kelembaban yang lebih Dari 70% akan berpengaruh terhadap kesehatan penghuni rumah. Kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban Ills merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen (penyebab penyakit).
Cahaya matahari cukup, tidak lebih dan tidak kurang, dimana cahaya matahari ini dapat diperoleh dari ventilasi maupun jendela/genting kaca.Suhu udara yang ideal dalam rumah antara 18-30°C.Suhu optimal pertumbuhan bakteri sangat bervariasi, Mycobacterium tuberculosis tumbuh optimal pada suhu 37°C.Paparan sinar matahari selama 5 menit dapat membunuh Mycobacterium tuberculosis.Bakteri tahan hidup pada tempat gelap, sehingga perkembangbiakan bakteri lebih banyak di rumah yang gelap.

2.9.5 Status sosial ekonomi keluarga
WHO tahun 2007 menyebutkan 90% penderita TB di dunia menyerang kelompok sosial ekonomi lemah atau miskin dan menurut Enarson TB merupakan penyakit terbanyak yang menyerang negara dengan penduduk berpenghasilan rendah. Sosial ekonomi yang rendah akan menyebabkan kondisi kepadatan hunian yang tinggi dan buruknya lingkungan, selain itu masalah kurang gizi dan rendahnya kemampuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak juga menjadi problem bagi golongan sosial ekonomi rendah.

2.9.6 Perilaku
Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan penderita TB Paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan prilaku sebagai orang sakit dan akhinya berakibat menjadi sumber penular bagi orang disekelilingnya. 


BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1    Alat dan Bahan
a.    Alat:
*      mikroskop binokuler
*      objek glass
*      Ose
*      Bunzen/lampu spiritus
*      Penjepit barang
*      Pipet tetes
*      Rak pengecatan
*      Pasir lisol
*      Label/spidol
*      Tissue

a.     Bahan:
Sputum/dahak

b.     Reagen
*   Carbol Fuchsin 0,3 %
*   HCl alcohol 3 %
*   Metylein blue 0,3 %
*   Oil emercy

3.2    Prosedur Kerja
*        Membersihkan kaca objek dengan menggunakan tissue
*        Menyediakan dahak pada objek glass, lalu diratakan dengan menggunakan ose dengan ukuran 2x3 cm, kemudian membiarkannya sampai kering.
*        Setelah sputum mongering, kemudian menggenanginya dengan carbol fuchsin sampai menutupi semua objek glass
*        Membakar objek glass di atas nyala bunzen/lampu spiritus, tidak sampai mendidih, namun cukup menguap saja.
*        Mendinginkan objek glass selama 5 menit, lalu membilasnya dengan air mengalir / aliran kecil.
*        Mengenangkan dengan HCl alcohol selama 30 detik.
*        Membilasnya lagi dengan air mengalir (jika masih berwarna merah, diulangi lagi dengan menggunakan HCl alcohol sampai objek berwarna pucat, kemudian membilasnya lagi dengan air mengalir
*        Menggenangi dengan Methylein blue selam 15 detik.
*        Membilasnya dengan air mengalir dan mengeringkannya
*        Setelah kering, genetesi objek/sampel dengan oil emercy, lalu mengamatinya dengan mikroskop binokuler dengan pembesaran 100x (pembesarn lensa objektif 100x dan pembesaran lensa okuler 10x)
  


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil Pengamatan
ü  Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan pandang ditulis negatif
ü  Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapangan pandang : ditulis jumlah kuman
ü  Ditemukan 1-99 BTA dalam 100 lapangan pandang : 1+
ü  Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapangan pandang : 2+
ü  Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapangan pandang : 3+

Gambar Mycobacterium tuberculosis dalam sputum/dahak:

Mycobacterium
tuberculosis

Leukosit








4.2    Pembahasan
a.      Mycobacterium Tuberculosis
Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab penyakit tuberkulosa.Mycobacterium tuberculosis pertama kali dideskripsikan pada tanggal 24 Maret1882 oleh Robert Koch.Bakteri ini juga disebut abasilus Koch.

b.      Klasifikasi Mycobacterium Tuberculosis
Kingdom          : Bacteria
Phylum             : Actinobacteria
Order                 : Actinomycetales
Suborder          : Corynebacterineae
Family               : Mycobacteriaceae
Genus              : Mycobacterium
Species                        : M. tuberculosis
Binomial name           : Mycobacterium tuberculosis
Mycobacterium tuberculosis tidak dapat diklasifikasikan sebagai bakteri gram positif atau bakteri gram negatif, karena apabila diwarnai sekali dengan zat warna basa, warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alkohol, meskipun dibubuhi iodium. Oleh sebab itu bakteri ini termasuk dalam bakteri tahan asam. Mycobacterium tuberculosis cenderung lebih resisten terhadap faktor kimia dari pada bakteri yang lain karena sifat hidrofobik permukaan selnya dan pertumbuhan bergerombol. 
Mycobacterium tuberculosis tidak menghasilkan kapsul atau spora serta dinding selnya terdiri dari peptidoglikan dan DAP, dengan kandungan lipid kira-kira setinggi 60% (Simbahgaul, 2008).
Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya.Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan Mycobacterium tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofag.

c.         Morfologi
Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman batang lurus atau agak bengkok, berukuran panjang 1 sampai 4 µ dan lebar 0,2 sampai 0,8 µ, dapat ditemukan bentuk sendiri maupun berkelompok. Kuman ini merupakan bakteri tahan asam (BTA) yang bersifat tidak bergerak, tidak berspora, dan tidak bersimpai.Pada pewarnaannya M. tuberculosis tampak seperti manik-manik atau tidak terwarnai secara merata.

d.        Sifat-Sifat Biakan
1.    Kuman bersifat aerob yaitu organisme yang melakukan metabolisme dengan bantuan oksigen.
2.    Sifat pertumbuhan lambat (waktu generasi  2 sampai 6 minggu), sedangkan koloninya muncul pada pembiakan 2 minggu sampai 6 minggu.
3.    Suhu optimum pertumbuhan pada 37˚C dan pH optimum 6,4 sampai 7.
4.    Tumbuh subur pada biakan (eugonik), adapun perbenihannya dapat diperkaya dengan penambahan telur, gliserol, kentang, daging, ataupun asparagin.

e.         Daya Tahan
Kuman ini tahan terhadap desinfektan kimia dan pengeringan.Dapat mati pada suhu 60˚C selama 20 menit, ataupun pada suhu 100˚C dengan waktu yang lebih singkat.Jika terkena sinar matahari, biakan kuman mati dalam waktu 2 jam. Pada dahak kuman ini dapat bertahan 20 sampai 30 jam walaupun disinari matahari. Selain itu, kuman mati oleh tincture iodii , etanol 80%, dan fenol 5%.


f.          Patogenesis:
Dasar sifat virulensi kuman ini belum diketahui.Kuman ini tidak membuat toksin, namun keanekaragaman komponen dari kuman ini memiliki keaktifan biologis yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi pathogenesis, alergi, dan kekebalan pada penyakit ini.Virulensi tergantung pada dua senyawa di selubung sel M. tubercolosis yang berminyak.Faktor genjel (cord factor, trehalosa mikrolet) menghambat respirasi mitokondria.Sulfolipid/ sulfatida menghambat fusi fagosom-lisosom, sehingga M. tubercolosis dapat bertahan hidup dalam sel.
Infeksi terjadi melalui debu atau titik cairan(droplet) yang mengandung kuman TBC dan masuk ke jalan nafas. Penyakit imbul setelah kuman menetap dan berkembang biak dalam paru-paru atau kelenjar getah bening regional.
Perkembangan penyakit bergantung pada : Dosis kuman yang masuk dan Daya tahan serta hipersensitivitas hospes.
Kelainan patologi yang terjadi :
1.    Tipe Eksudatif
Terdiri dari inflamasi yang akut dengan edema, sel-sel leukosit PMN dan menyusul kemudian sel-sel monosit yang mengelilingi tuberculosis.Kelainan ini terutama terlihat pada jaringan paru dan mirip Pneumonia bakteri.Dalam masa eksudatif ini tuberculin adalah positif.
2.    Tipe Produktif
Apabila sudah matang prosesnya lesi ini berbentuk granuloma yang kronik, terdiri dari 3 zona.:
a)        Zona Sentral dengan sel raksasa yang berinti banyak dan mengandung tuberculosis.
b)        Zona Tengah yang terdiri dari sel-sel epitel yang tersusun radial
c)         Zona yang terdiri dari fibroblast, limfosit, dan monosit. Lambat laun zona luar akan berubah menjadi fibrotik dan zona sentral akan mengalami perkijuan. Kelainan seperi ini disebut sebagai tuberkel.
Perjalanan Kuman tuberculosis di dalam tubuh :
Kuman menjalar melalui saluran limfe ke kelenjar getah bening à ductus thoracicus à Organ tubuh melalui aliran darah à Dapat juga langsung dari proses perkijuan masuk ke vena àPecah ke bronkus Tersebar ke seluruh paru-paru atau tertelan ke tractus digastivus.
g.        Jalur Infeksi
Kuman tuberculosis biasanya masuk ke dalam tubuh melalui hirupan nafas, tertelan, atau masuk melalui luka pada kulit.Jika terhirup oleh pernafasan kuman ini mengendap pada alveoli paru-paru, lalu difagosit oleh makrofag alveolus. Di dalam fagosit kuman ini terus berkembang biak. Fagosit yang berisi kuman yang dimakannya berfungsi sebagai alat pengangkut infeksi ke berbagai bagian tubuh.

h.        Gejala
·           Gejala utama
Gejala klinis yang penting dari TB dan sering digunakan untuk menegakkan diagnosis klinik adalah batuk terus menerus selama 3 (tiga) minggu atau lebih yang disertai dengan keluarnya sputum dan berkurangnya berat badan.
·           Gejala tambahan
Gejala tambahan yang sering dijumpai, yaitu:dahak bercampur darah,batuk darah,sesak nafas dan rasa nyeri dada,badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.

i.          pencegahan penyakit tuberculosis
TBC dapat dicegah dengan memutuskan rantai penularan yaitu dengan mengobati penderita TBC sampai benar-benar sembuh serta dengan melaksanakan Pola Hidup Bersih dan Sehat. Sedangkan untuk penyembuhan dengan jalan minum obat yang diberikan secara teratur,sampai dinyatakan sembuh. Seseorang yang positif menderita penyakit TBC bila berobat di unit pelayanan kesehatan akan mendapat obat TBC yang disebut"Kombipak" atau paket obat FDC yang semuanya diberikan secara gratis, dengan mutu dan kualitas.
DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse chemotherapy) adalah strategi pengobatan pasien TB dengan menggunakan paduan obat jangka pendek dan diawasi langsung oleh seorang pengawas yang dikenal sebagai PMO (pengawas menelan obat).Pengobatan TBC dengan strategi DOTS ini merupakan satu-satunya pengobatan TBC yang saat ini direkomendasikan oleh oraganisasi kesehatan sedunia (WHO) karena terbukti paling efektif.Obat TBC harus diminum secara teratur sampai penderita dinyatakan sembuh. Lama pengobatan berkisar 6sampai dengan 8 bulan. Jika tidak teratur minum obat akan menimbulkan:
*        Penyakitnya akan lebih sukar diobati
*        Kuman TBC dalam tubuh akan berkembang semakin banyak dan menyerang organ tubuh lain
*        Akan membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat sembuh
*        Biaya pengobatan akan sangat besar .
Pencegahan terhadap kemungkinan terjangkitnya penyakit ini merupakan langkah yang paling efektif dan efisien. Adapun yang dapat kita lakukan sebagai upaya pencegahan adalah sebagai berikut:
§   Konsumsi makanan bergizi
Dengan asupan makanan bergizi, daya tahan tubuh akan meningkat. Produksi leukosit pun tidak akan mengalami gangguan, hingga siap melawan bakteri TBC yang kemungkinan terhirup. Selain itu, konsumsi makanan bergizi juga menghindarkan terjadinya komplikasi berat akibat TBC (Anonim e, 2010).

§   Vaksinasi
Dengan vaksinasi BCG yang benar dan di usia yang tepat, sel-sel darah putih menjadi cukup matang dan memiliki kemampuan melawan bakteri TBC. Meski begitu, vaksinasi ini tidak menjamin penderita bebas sama sekali dari penyakit TBC, khususnya TBC paru. Hanya saja kuman TBC yang masuk ke paru-paru tidak akan berkembang dan menimbulkan komplikasi. Bakteri juga tidak bisa menembus aliran darah dan komplikasi pun bisa dihindarkan. Dengan kata lain, karena sudah divaksin BCG, anak hanya menderita TBC ringan (Anonim e, 2010).

§   Lingkungan
Lingkungan yang kumuh dan padat akan membuat penularan TBC berlangsung cepat. Untuk itulah mengapa lingkungan yang sehat dan kebersihan makanan dan minuman sangat perlu untuk dijaga.Secara umum, dapat dilakukan pencegahan sebagai berikut : 

- Jangan meludah di sembarang tempat .
- Gunakan tempat yang tertutup untuk menampung dahak.
- dahak jangan dibuang di sembarang tempat.
- Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat (tidak merokok, jemur kasur dan tikar secara teratur, ventilasi udara serta sinar matahari.

















BAB V
P E N U T U P

5.1    Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Tuberculosis adalah panyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa;
Seseorang dikatakan menderita TB apabila dalam dahaknya ditemukan BTA pada pemeriksaan secara mikroskopis;
Sumber infeksi Tuberculosis dari penderita dengan TB positif ada beberapa macam, seperti droplet dari dahak, aerosol dari pernafasan, susu yang tercemar, makanan dan minuman tercemar, isi saluran pencernaan, dan leleran dari saluran urogenital.
Mycobacterium tuberculosa tidak hanya menyerang paru-paru tetapi juga dapat menyerang mata dan tulang;
Apabila tidak diobati dalam jangka waktu 5 tahun, penderita penyakit TBC dapat meninggal dunia.

5.2       Saran
Sebaiknya ruangan laboratorium agar bisa lebih diperluas lagi agar kegiatan praktikum dapat berjalan lebih efektif dan kita lebih leluasa menjalankan kegiatan praktikum. Lemari di dalam laboratorium juga perlu ditambah agar lebih banyak menampung zat-zat kimia dan alat-alat praktikum sehinggga tidak terlalu banyak diatas meja tempat praktikum.
Untuk masyarakat: diharapkan menghindari kontak langsung dengan penderita TB, menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggal, memperhatikan asupan gizi pada makanan yang dikonsumsi, dan memeriksakan diri secepatnya jika mulai mengalami batuk berdahak yang berkepanjangan.


DAFTAR PUSTAKA

Analismuslim,2012. “Mycobacterium tuberculosis”. Diakses tanggal 7 juni 2012
Depkes RI,1997.Pedoman Tuberculosis dan penanggulanganya,Dirjen P2M dan PLP.Jakarta
Syara,2012. “Mycobacterium tuberculosis” diakses tanggal 6 juni 2012